Halaman

Jumat, Mei 28, 2010

Wayang Purwa

Berikut ini artikel tentang Wayang Purwa yang saya temukan sewaktu mencari bahan untuk Final Project mata kuliah Pengantar Aplikasi Komputer yang bertema "Seni Budaya Indonesia" dari situs www.seasite.niu.edu

1. Wayang Purwa adalah perlambang kehidupan manusia di dunia ini. Pada intinya, wayang berasal dari dewa-dewa bernama Hyang Manikmaya (Betara Guru) dan Hyang Ismaya (Semar). Mereka adalah putera dari Hyang Tunggal. Hyang Tunggal tidak diwujudkan dalam wayang. Kedua putera itu muncul secara bersamaan dalam bentuk cahaya. Manikmaya bercahaya bersinar-sinar. Ismaya bercahaya kehitam-hitaman. Kedua cahaya ini berebut untuk mendapatkan status sebagai yang tertua diantara mereka.

2. Kemudian Hyang Tunggal bersabda, bahwa yang tertua adalah cahaya yang kehitam-hitaman, tetapi diramalkan bahwa dia tak dapat berjiwa sebagai Dewa Ia diberi nama Ismaya. Karena ia memiliki sifat sebagai manusia maka dititahkan supaya tetap tinggal di dunia dan mengasuh turunan Dewa yang berdarah Pendawa. Maka diturunkanlah ia kedunia dan bernama Semar, yang berbentuk manusia yang sangat jelek rupa.

Senin, Mei 17, 2010

Baduy seperti apaaa ya?

Baduy adalah nama suku di Desa Kanekes, Kelurahan Rangkasbitung, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Dari Tangerang dapat ditempuh dalam waktu 4 jam penuh untuk dapat sampai ke Baduy dengan menggunakan mobil pribadi/sewaan.
Nama Baduy sendiri diambil dari nama sungai dan Gunung Baduy. Jadi kalau dibilang Baduy, itu sebenarnya ditujukan pada sukunya. Baduy sendiri dibagi menjadi 2 kelompok menurut letak, warna baju adat dan keterbukaannya dengan masyarakat luar. Ada Baduy Dalam dan Baduy Luar.
Baduy Dalam, lebih tertutup dan primitif dengan kebudayaan asalnya seperti upacara-upacara adatnya masih terus dijaga dengan sebegitu rupa sehingga mereka akan lebih mendahulukan persiapan kegiatan adat daripada melakukan hal-hal lainnya. Selain itu, budaya mereka masing tertutup dengan kecanggihan teknologi sehingga belum terdapat jaringan komunikasi. Baju adat Baduy Dalam berwarna putih untuk lebih menunjukkan sikap mereka yang ingin menjaga kebudayaannya dari globalisasi yang terus menerus terjadi.
Baduy Luar, sudah lebih membuka diri pada kemajuan teknologi sehingga pada Baduy Luar sudah terdapat jaringan komunikasi yaitu dari jaringan Indosat. Baduy Luar juga masih menjaga acara adat mereka sehingga walaupun mereka sudah terbuka dengan masyarakat luar, mereka masih belum mengizinkan warga luar untuk mengikuti acara adat mereka. Baju adat Baduy Luar berwarna hitam untuk membedakannya dari warga Baduy Dalam yang berbaju warna putih.
Walaupun Baduy Luar sudah dapat dikatakan lebih modern dari Baduy Dalam, akan tetapi dalam hal pencahayaan buatan bagi masing-masing rumah, mereka masih menggunakan lampu tempel seperti di Baduy Dalam.
Untuk kepercayaan warga Baduy sendiri, baik Dalam maupun Luar, mereka mempunyai kepercayaan turun temurun yang bernama Sunda Wiwitan yang mana kepercayaan ini tidak memiliki kitab suci ataupun tempat ibadah khusus. Namun kepercayaan ini tetap mengaku adanya Tuhan Yang Maha Esa sehingga tidak ada acara sesajen seperti Kepercayaan Animisme-Dinamisme. Dalam beribadah, karena tidak ada tempat ibadah khusus, mereka melakukan ibadah di rumah masing-masing.